Berbagai macam bentuk robot Dan kontrol yang digunakan pada robot
Macam-macam Bentuk Robot
1. Robot Mobile
Robot Mobil atau Mobile Robot adalah konstruksi robot yang ciri khasnya adalah mempunyai aktuator
berupa roda untuk menggerakkan keseluruhan badan robot tersebut,
sehingga robot tersebut dapat melakukan perpindahan posisi dari satu
titik ke titik yang lain.
Robot mobil ini sangat disukai bagi orang
yang mulai mempelajari robot. Hal ini karena membuat robot mobil tidak
memerlukan kerja fisik yang berat. Untuk dapat membuat sebuah robot
mobile minimal diperlukan pengetahuan tentang mikrokontroler dan
sensor-sensor elektronik.
Base robot mobil dapat dengan mudah
dibuat dengan menggunakan plywood /triplek, akrilik sampai menggunakan
logam ( aluminium ). Robot mobil dapat dibuat sebagai pengikut garis (
Line Follower ) atau pengikut dinding ( Wall Follower ) ataupun pengikut
cahaya.
2. Robot jaringan
Robot jaringan adalah pendekatan baru untuk melakukan kontrol robot menggunakan jaringan internet dengan protokol TCP/IP. Perkembangan robot
jaringan dipicu oleh kemajuan jaringan dan internet yang pesat. Dengan
koneksi jaringan, proses kontrol dan monitoring, termasuk akuisisi data
bila ada, seluruhnya dilakukan melalui jaringan. Keuntungan lain,
koneksi ini bisa dilakukan secara nirkabel.
Di Indonesia, pengembang robot jaringan
belum banyak, meski pengembang dan komunitas robot secara umum sudah
banyak. Hal ini disebabkan tuntutan teknis yang jauh lebih kompleks.
Salah satu robot jaringan yang sudah berhasil dikembangkan adalah LIPI
Wireless Robot (LWR)[1] yang dikembangkan oleh Grup Fisika Teoritik dan Komputasi – GFTK LIPI.
Seperti ditunjukkan di LWR, seluruh
proses kontrol dan monitoring bisa dilakukan melalui perambah internet.
Lebih jauh, seluruh sistem dan protokol yang dikembangkan untuk LWR ini
telah dibuka sebagai open-source dengan lisensi GNU Public License (GPL) di SourceForge dengan nama openNR[2].
3. Robot Manipulator ( tangan )
Robot ini hanyak memiliki satu tangan
seperti tangan manusia yang fungsinya untuk memegang atau memindahkan
barang, contoh robot ini adalah robot las di Industri mobil, robot
merakit elektronik dll.
4. Robot Humanoid
Robot yang memiliki kemampuan menyerupai
manusia, baik fungsi maupun cara bertindak, contoh robot ini adalah
Ashimo yang dikembangkan oleh Honda. Robot adalah sebuah alat mekanik
yang dapat melakukan tugas fisik, baik menggunakan pengawasan dan
kontrol manusia, ataupun menggunakan program yang telah didefinisikan
terlebih dulu (kecerdasan buatan). Robot biasanya digunakan untuk tugas yang berat, berbahaya, pekerjaan yang berulang dan kotor. Biasanya kebanyakan robot industri digunakan dalam bidang produksi. Penggunaan robot lainnya termasuk untuk pembersihan limbah beracun,
penjelajahan bawah air dan luar angkasa, pertambangan, pekerjaan “cari
dan tolong” (search and rescue), dan untuk pencarian tambang. Belakangan
ini robot mulai memasuki pasaran konsumen di bidang hiburan, dan alat
pembantu rumah tangga, seperti penyedot debu, dan pemotong rumput.
5. Robot Berkaki
Robot ini memiliki kaki seperti hewan atau manusia, yang mampu melangkah, seperti robot serangga, robot kepiting dll.
6. Flying Robot (Robot Terbang)
Robot yang mampu terbang, robot ini
menyerupai pesawat model yang deprogram khusus untuk memonitor keadaan
di tanah dari atas, dan juga untuk meneruskan komunikasi.
7. Under Water Robot (Robot dalam air)
Robot ini digunakan di bawah laut untuk memonitor kondisi bawah laut dan juga untuk mengambil sesuatu di bawah laut.
Ada beberapa unjuk kerja robot yang perlu diketahui, antara lain:
- Resolusi adalah perubahan gerak terkecil yang dapat diperintahkan oleh sistem kontrol pada lingkup kerja manipulator.
- Akurasi adalah besarnya penyimpangan/deviasi terhadap masukan yang diketahui
- Repeatability adalah kemampuan robot untuk mengembalikan end effector (pemegang/griper) pada posisinya semula
- Fleksibilitas merupakan kelebihan yang dimiliki oleh robot secara umum jika dibandingkan dengan mesin konvensional. Hal ini pun tergantung kepada pemprogram dalam merencanakan pola geraknya.
contoh-contoh sistem kontrol pada robot
Membuat robot tak lepas dari namanya sistem kontrol. Yang umum dipakai ada 3, yaitu:
1. ON-OFF
2. PID
3. Penerapan Soft Computing
Sistem kontrol digunakan untuk mengontrol
pergerakan / navigasi robot. Kita ambil contoh robot line follower.
Misal kita ingin menerapkan sistem kontrol ON-OFF pada robot dengan 2
sensor garis. Sistem kontrol yang diterapkan adalah switching aktuator
(motor DC) ON dan OFF berdasarkan kondisi sensor kiri dan kanan, yaitu
set motor kanan ON dan motor kiri OFF saat sensor kiri mendapatkan
garis, demikian sebaliknya untuk sensor kanan. Pergerakan akan terlihat
zigzag jika hanya menggunakan dua sensor ini dan hanya diterakan sistem
kontrol ON-OFF. Dengan menerapkan sistem kontrol PID kita bisa
memperbaiki pergerakan robot menjadi lebih smooth. Sistem kontrol PID
adalah mekanisme umpan balik berulang tertutup. Kontrol PID digunakan
untuk mengkoreksi error dari pengukuran variabel proses (dalam kasus ini
adalah sensor) agar output sistem sesuai dengan nilai set point melalui
perhitungan parameter Proportional (P) + Integral (I) + Derivative (I).
Silahkan googling dan wikiing untuk mengetahui PID lebih jauh. Contoh
kasus penerapan PID pada robot line follower bisa di baca di sini. Dadank juga pernah membuat robot semar mesem dengan penerapan PID sederhana, silahkan tilik di sini.
Sedangkan penerapan soft computing bisa berupa fuzzy logic dan NN (dua
ini yang lazim digunakan untuk KRCI). Penerapan soft computing cocok
untuk granular data yang kompleks, misal data dari banyak sensor
ultrasonic untuk mengontrol aktuator. Jika mapping data sensor dengan
PWM motor dengan cara sederhana sudah tidak bisa diterapkan, maka
penerapan “komputasi halus” perlu diterapkan. Untuk masalah soft
computing lebih spesifik mungkin bisa dibahas dithread selanjutnya.
Autonomous Robot System-ARS
Untuk membiarkan sistem robot mandiri
(ARS) bekerja pada dunia nyata, kontrol dan sistem sensor harus
memperhatikan tantangan yang diakibatkan oleh keitdakpastian observasi
terhadap lingkungan dan kondisi tugasnya. Oleh karena itu, harus
diperhatikan seberapa jauh kebutuhan sistem kontrol yang akan digunakan
untuk mendesaian sistem robot mandiri. Ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan, diantaranya :
Sistem kontrol robot bersifat sensor driven
Satu masalah yang dihadapi pada
lingkungan yang tidak terstruktur adalah tidak mungkin memperkirakan
hasil dari tiap aksi secara tepat. Kondisi ini juga menunjukkan
sedikitnya kemungkinan menemukan deret aksi yang akan memecahkan tugas
yang diberikan berdasarkan semua kemungkinan yang telah diperhitungkan
sebelumnya.
Oleh karena itu sistem kontrol robot harus dikendalikan sensor(sensor driven)
dan mengijinkan robot untuk bereaksi terhadap kejadian (event) yang
tidak diharapkan secara on line. Pendekatan kontrol reaktif seperti ini
dapat menjadi robust dengan mempertimbangkan gangguan yang terbatas dan
dapat memperbaiki diri secara mandiri terhadap gangguan yang tak dapat
dimodelkan tanpa memerlukan perencanaan ulang. Hal ini memberikan respon
level rendah yang lebih fleksibel terhadap situasi baru dan mengijinkan
robot untuk melakukan tugas pada konsidi munculnya noise pada sensor
dan terjadinya perubahan kondisi lingkungan.
Arsitektur kontrol yang adpatif
Untuk mengatasi perubahan yang besar pada
lingkungan saat run-time sebagaimana juga perubahan pada misi/tugas
yang terus menerus, ARM harus mampu mengubah kebijakan kontrolnya untuk
menyesuaikan dengan semua kondisi baru. Secara umum, hal ini membutuhkan
arsitekrut sistem kontrol adapatif. Bergantung pada kondisi operasi,
variasi yang luas dari mekanisme machine-learning dapat
digunakan untuk melakukan adaptasi. Pada misi yang mengijinkan
pengawasan oleh operator luar, metode pengajaran dapat dilakukan dan
juga dengan memodifikasi strategi kontrol yang telah diprogram
sebelumnya untuk melakukan tugas yang diperlukan.
Namun, pada banyak aplikasi diluar,
guidance tidak tersedia. Pada situasi ini, sistem belajar mandir yang
lebih baik sehingga strategi kontrol dapat menyesuaikan dengan kontek
lingkungan tanpa masukan guru. Aplikasi yang seperti ini, berkisar dari
aplikasi di daerah terpencil atau lingkungan berbahaya yang tidak
memfasilitasi kehadiran manusia, sampai pada aplikasi untuk urusan rumah
tangga yang bekerja sesuai dengan keinginan pemilik tanpa melakukan
akses ke robot yang telah dilatih oleh operator/guru.
Memenuhi batasan keamanan
Spesifikasi dasar untuk arsitektur
kontrol untuk keperluan ARS adalah ia memenuhi batasan keamanan tertentu
untuk menghindari kegagalan besar dan tak dapat diperbaiki. Hal ini
khususnya penting ketika tugas baru dilatihkan tanpa pengawasan dan
ketika pengaruh perbedaan aksi harus ditentukan melaui uji coba. Namun,
mekansime untuk memenuhi kebutuhan keamanaa dapat dimanfaatkan untuk
sistes teleoperasi yang besar yang dapat membantu mengurangi resiko
kerusakan dan kegagalan menyeluruh karena kesalahan operator. Arsitektur
kontrol untuk sistem robot seyogyanya menyediakan mekanisme yang
membatasi sistem behavior agar dapat mengakomodasi kebutuhan keamanan
dan kekokohan. Oleh kerena itulah dibituhkan sarana/alat yang dapat
membatasi proses belajar dengan tujuan untuk menghindari aksi yang dapat
mengganggu sifat-sifat kritis dari sistem behavior.
Kemampuan Belajar
Sifat arsitektur yang lain yang mendukung
autonomy dan adaptasi adalah kemampuan untuk menggabungkan pengatahuan
awal atau pengetahuan yang diperoleh untuk mempercepat proses belajar.
Untuk membuat adaptasi mandiri lebih praktis, pembelajaran harus
menghasilkan kebijakan sensorimotor yang bermanfaat untuk sebagian besar
tugas. Untuk mencapai efisiensi dan fleksibiltas yang demikian,
arsitektur kontrol haurs mengijinkan robot untuk memperoleh keuntungan
dari semua informasi luar yang tersedia pada kontek tertentu.
Penggunaan yang efektif dari pengetahuan
kontrol luar dapat menghasilkan mode operasi yang berbeda. Khususnya,
jika pengetahuan awal tersedia cukup, dimungkinkan untuk menentukan
kebijakan kontrol yang tepat sebelumnya, mengurangi kebutuhan belajar
secara on-line. Jika tidak ada informasi yang tersedia, arsitektur
kontrol harus mampu menentukan kebijakan kontrol secara mandiri
(autonomously). Untuk sepenuhnya menggunakan pengetahuan kontrol, sistem
kontrol seharunya mendukung operasi pada berbagai tingkatan otonomi,
dari terprogram penuh yang perilakunya sebagain dikendalikan oleh
operator sampai ke otonomi penuh, berjalan secara bebas, terbebas dari
intervensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar